Update setiap detik semua berita-berita teranyar Indonesia

Selasa, 01 September 2015

Berita Rupiah : Masalah Utama Terpuruknya Mata Uang Rupiah

Berita Rupiah : Masalah Utama Terpuruknya Mata Uang Rupiah - Rupiah sekarang ini mencapai titik terlemah dari pada tahun-tahun sebelumnya terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pasca pelemahan dalam yang terjadi saat krisis moneter pada tahun 1998. Meskipun demikian, keadaannya sangat berbeda dengan tahun-tahun 1998 yang lalu. Pada saat itu Negara Indonesia dilanda kepanikan yang sangat hebat, nilai rupiah bergerak melemah dengan sangat tajam ke area 17.000 per 1 dolar AS dalam hanya hitungan bulan dari kisaran US$ 4.500 per 1 Dolar.

Saat ini Cadangan devisa negara Indonesiapun hanya tersisa sekitar US$ 14 miliar sehingga mengharuskan Bank Indonesia (BI) tidak berdaya untuk menahan laju pelemahan rupiah tersebut. Pelemahan rupiah ketika saat itu berimbas pada kepanikan di dalam negeri yang membuat sebagian besar rakyat kehilangan keyakinan terhadap perekonomi Indonesia dan terjadi kerusuhan yang sangat hebat. (penarikan uang besar-besaran) di perbankan indonesia.

Pada saat itu juga telah terjadi kontraksi Produk Domestik Bruto atau di singkat dengan (PDB) yang cukup dalam sekitar 13 persen. Sementara itu pada tahun ini, pelemahan rupiah tidak bergerak drastis tetapi perlahan. Sedangan cadangan devisa atau di singkat dengan(cadev) di Indonesia masih tersisa sekitar US$ 100 miliar. Tidak ada kepanikan atau terjadi kerushan di perbankan Indonesia. Ekonomi Indonesia juga masih bertumbuh pada saat ini. Situasi yang berbeda pada saat ini bukan berarti kita tidak perlu waspada, tetapi juga kita tidak perlu merasa panik.

Kasaus yang terjadi pada pelemahan nilai tukar rupiah tidak sendirian. Nilai tukar negara-negara lain pun melemah tajam terhadap Dolar AS di sepanjang tahun 2015 ini. Nilai rupiah bahkan bukan yang terlemah pada saat ini. Masih ada yang lebih lemah lagi dari rupiah seperti mata uang ringgit Malaysia yang bahkan pelemahannya mencapai 22,89 persen terhadap Dolar AS. Pelemahan mata uang real Brasil bahkan pada saat ini sudah mencapai 37,58 persen per 1 dolar AS.


Data Pelemahan Mata Uang Dunia Terhadap Dolar


Dengan adanya kenyataan ini, kelihatannya bukan hanya faktor fundamental di negara Indonesia saja yang membuat nilai mata uang rupiah melemah, tapi juga faktor eksternal yaitu potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral yang terjadi di Amerika Serikat (The Fed) pada 2015.

Nilai tukar ini yang bersangkutan biasanya menguat bila di Bank Sentral-nya menaikkan suku bunga acuan. Kenaikan suku bunga acuan ini berarti bank sentral berusaha menyerap likuiditas sehingga peredaran nilai tukar di dunia atau di suatu negara berkurang. seperti halnya Teori ekonomi yang berlangsung: Jika Suplai berkurang, maka harga naik.

Tetapi mengapa pelemahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS begitu tajam hanya karena The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya? Ternyata Ada beberapa alasan. Di antaranya adalah karena fundamental ekonomi yang terjadi di Indonesia juga kurang impresif.

Pasar berekspektasi sangat tinggi dengan pemerintahan yang baru untuk mencapai target pertumbuhan Produk Domestik Bruto-nya. Tetapi hasilnya saat ini tidak demikian, pertumbuhan pada PDB di Indonesia pada kuartal pertama hanya sekitar 4,7 persen, di bawah ekspektasi di atas 5 persen. Pertumbuhan yang terjadi di PDB yang di bawah target ini dikonfirmasi dengan hasil kuartal kedua yang bahkan sedikit di bawah kuartal pertama yaitu sekitar 4,67 persen.

Pada saat ini pemerintah juga belum mampu mengatasi pelemahan ekspor yang terjadi di wilayah kawasan Indonesia, hal ini di karenakan penurunan harga komoditas global sehingga meskipun rupiah melemah, Indonesia seakan-akan tidak bisa mengambil keuntungan dari pelemahan yang terjadi pada mata unag rupiah untuk meningkatkan ekspornya. Di awal pemerintahan ini, fokus ekonomi pemerintah yang baru juga sempat terganggu dengan isu-isu politik (peristiwa KMP-KIH dan peristiwa pemilihan Kapolri).

Alasan lain yang terjadi adalah karenaNegara Indonesia merupakan risky assets. Di dalam pasar keuangan, negaraemerging (yang sedang berkembang) dikategorikan lebih berisiko dibandingkan negara maju. Di tengah kekhawatiran ini pelambatan ekonomi global saat ini, para pelaku pasar keuangan akan sangat berhati-hati dalam investasinya dan akan mengurangi investasi di tempat yang lebih berisiko.

Untuk saat ini pemerintah berencana melakukan deregulasi ekonomi besar-besaran. Tetapi perlu diwaspadai agar deregulasi ini tidak memicu krisis ekonomi yang baru seperti deregulasi perbankan yang dilakukan pemerintah yang menurut beberapa penelitian turut memicu terjadinya krisis moneter pada tahun 1998.

Nilai mata unag rupiah akan berangsur menguat bila pasar tidak lagi fokus pada kenaikan suku bunga acuan Negara Amerika Serikat dan pasar melihat tren positif dari kebijakan ekonomi pemerintah dalam data-data ekonomi yang dipublikasikan seperti pada data GDP, neraca pedagangan, inflasi, dan neraca berjalan. (Igw/Ahm)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Berita Rupiah : Masalah Utama Terpuruknya Mata Uang Rupiah

0 komentar:

Posting Komentar